Kamis, 17 Oktober 2013

PIYE (Merayakan Piye Kabare)



Merayakan Piye Kabare
PIYE dalam bahasa indonesia piye berarti bagaimana. Piye Kabare?(bagaimana kabarnya) sapaan ini sangat akrab akhir2 ini. Lewat media stiker,kaos maupun mural di bak truk menyapa kita setiap hari. Sangat peduli dan sopan melebihi sapaan sodara teman maupun tetangga. Walaupun pada awalnya teks ini memiliki fungsi politik, yaitu perpanjangan tangan para elit politik untuk menyebarkan pesan tertentu untuk kepentingan tertentu (propaganda), tetapi pada akhirnya justru menjadi blunder dan digunakan untuk beragam fungsi dan tujuan. Ada beberapa hal yang akhirnya membuat propaganda ini menjadi sangat populer. Teks "penak jamanku to.." dengan latar belakang foto Pak Harto melambaikan tangan seolah-olah memberikan asosiasi ke suatu masa/jaman dimana kondisi jaman tersebut lebih baik (penak) daripada kondisi di masa propaganda tersebut muncul. Walaupun tanpa disertai bukti-bukti secara saintifik dan akurat. Kekuatannya ada pada teks dan simbol yang digunakan. Penak = Pak Harto begitu juga sebaliknya, akan lain artinya jika ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dengan ataupun tanpa gambar Pak Harto. Dalam budaya pop penggunaan symbol/tokoh populer sebagai subyek sangat lazim digunakan. Memasang dan menempelkannya pada barang-barang pribadi dan umum adalah salah satu bentuk merayakannya dan membuatnya menjadi lebih popular. Masyarakat tak perlu mengerti secara detil maksud dan tujuan propaganda tersebut diciptakan, selama mengandung unsur kesenangan dan main-main. Percayalah… sekedar mengoleksi, memasang maupun menempelkan propaganda tersebut tidak akan memicu sebuah gerakan radikal yang berujung pada tindakan anarkis. Masyarakat kita sudah lebih cerdas, memasang ataupun menempelkannya hanya bertujuan sekedar ikut-ikutan, menertawakan diri sendiri ataupun sindiran terhadap kondisi sekarang ini. Mereduksi dan mendekontruksi adalah cara kami untuk ikut merayakan piye kabare. (DC)

Celebrating Piye Kabare

Piye kabare is a Javanese term for greeting, just simply as 'how are you'.
However, piye kabare has become such a phenomenon recently for it is written in stickers on helmets/motorbikes in the streets, in people's T-shirts, and even painted as murals on trucks. Let's say, we can see/read this text, piye kabare, in our everyday life almost everywhere.

At first, this text has political function, as an arm of certain political elites to spread a specific message for specific purpose (as propaganda), but in the end it turns out to be blunder and has been used for various functions and purposes.

This text becomes very popular as it comes with a vivid picture of ex-Indonesian president, Soeharto, waving hand and smiling wide. Below the text of piye kabare, written another text, penak jamanku to, which means 'better in my period, isn't it?'.
Of course, 'period' here refers to the period when he ruled this country.

The picture of smiling Soeharto plus the Javanese text : 'piye kabare, penak jamanku to' is considered as a strong message. It provides us such an imagery that Soeharto (period) is equal to better times, while today's period not. This message won't be strong if the text is written in Indonesian or English, even with or without Soeharto picture.

In pop culture, using symbol/popular figure as a subject is commonly used. Putting this symbol/popular figure in personal belongings or in public is a form of celebration and  thus, makes it more popular.. People do not need to understand its purpose, why it is created and why it is placed everywhere, as long as it is fun and playful.

Believe us.
Collecting, installing and attaching the propaganda will not trigger a radical movement that leads to anarchy. Our society is smarter than that. They do it because it is a trend, or merely as a mocking to present situation.
To reduce and deconstruct is our way to celebrate piye kabare. (DC)













 






Tidak ada komentar: